Abang waldan versus mama part#2

#Day8
Pengamatan tanggal 09 November 2017

Pagi ini saya mendapatkan laporan dari mama mbah (sebutan lain untuk neneknya waldan. Kenapa mama mbah? saya juga tidak terlalu paham asal mulasalnya dari mana, hanya waldan yang paham sepertinya eaaaaaa…😌😌) kalau waldan tidak mau makan dan dia protes dengan stok makanan yang ada di kulkas.


mama mbah: itu waldan kemaren gak mau makan pake ikan, katanya ikan mulu. Disuruh makan ikan tongkol katanya tongkol mulu, ikan kembung katanya kembung mulu.
Sontak saya pun langsung menolehkan pandangan saya yang saat itu duduk di sebelah saya.  Saya pun medekatkan diri dan mensejajarkan pandangan dan tubuh saya ke arah nya.  Karena kaidah 7-38-55 (7% suara – 38% intonasi suara -55% bahasa tubuh) itu memang sangat berperan dalam keberhasilan komunikasi kita.

Mama: memang abang mau makan pake apa? Kalo pake ikan gak mau?
Abang: pake ayam
Mama: Loh, kemaren kana bang yang bilang lagi gak mau makan ayam..klo
Abang: itu kan kemaren ma,,sekarang abang pengennya makan ayam

Saya berusaha menghela nafas, dan mencoba untuk menunjukkan ketertarikan dan perhatian saya terhadap masalah yang dihadapinya.

Mama: abang, kemaren kan abang yang minta kalo mau makannya pake ikan, dan abang yang pilih loh ikannya,,trus mama juga udah tawarin untuk beli ayam tapi abang gak mau…kita sepakat kan kemaren didepan tukang ayamnya untuk gak jadi beli.
Abang:tapi, abang sekarang maunya pake ayam ma,,

Saya coba untuk mengatakan apa yang saya inginkan terhadapnya sesuai kaidah yang terdapat dalam komunikasi produktif.
Mama: abang, mama pengen abang jadi anak soleh yang pandai bersyukur dengan rezeki yang kita punya, contohnya dengan abang makan makanan yang ada sekarang, gak pilih-pilih, karena banyak anak yang belum tentu bisa makan enak seperti yang abang makan sekarang, itu namanya abang anak yang pandai bersyukur, dan Allah saying banget loh sama anak yang pandai bersyukur.
Abang: iya ma (tapi dengan intonasi suara yang kurang bersahabat)
Mama: kok bilang iya nya begitu?
Abang: habis gimana ma
Mama: bahasa yang baik gimana bang?
Abang: itu kaki abang lagi sakit ma, jadi abang ngomongnya begitu,,,,
Mama: oooohhhhh,,, sakit kenapa nak?
Abang: gak apa-apa cuma pegel aja
Mama: ya sudah klo gak apa-apa

Saya sebenernya paham waldan bermaksud mengalihkan pembicaraan kita, dan itu tandanya dia mengerti kalo saat ini yang dia lakukan adalah salah, makanya dia coba mengalihkannya agar dia gak merasa terus-terusan bersalah.  Saya pun menyudahi topik mengapa ia memilih-milih makanan, dan menggantinya dengan sebuah kesepakatan.

Mama: kalo begitu abang mau makan ikan nya gak nak?
Abang:iya mau ma,,,,

Sekilas melihat masalah di atas saya coba memikirkan untuk membuat solusi atas masalah tersebut, saya coba melibatkannya untuk pembuatan menu makanan selama satu minggu ke depan, jadi saya yang meminta waldan untuk request menu yang ingin dimakan selama seminggu.

Mama: abang, kita bikin daftar menu selama seminggu yuk!
Abang: maksudnya ma?
Mama: jadi besok minggu mama belanja ke pasarnya sesuai requestan menu yang ada di daftar menu yang abang bikin
Abang: iya deh.

Pembicaraan kami hari ini pun terhenti sampai sini, karena seketika saya melihat jam sudah menujukkan waktu saya harus berangkat ke ranah publik. Saya pun bergegas dan pamit sama waldan dan ibu saya untuk pamit.  Mudah-mudahan ini awal dari sebuah gerbang perubahan menuju sebuah peradaban yang di masa lalu saya banyak melakukan kesalahan dalam mengkomunikasikan sesuatu kepada waldan.  Bersama IIP saya belajar mengawali ini semua, belajar menemukabn setiap titik kesalahan yang saya lakukan sebelumnya dan berusaha untuk menebusnya, karena tidak ada kata terlambat selama kita ingin menjadi manusia yang lebih baik….lah kok curhat….😁😁😁

#harike7
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Komentar

Postingan Populer