Komunikasi tanpa emosi

#Day10


Hari libur adalah hari yang selalu dinanti oleh seorang ibu yang sehari-hari lebih banyak menghabiskan waktunya di ranah publik, dan ketika libur pun kerap menjadi senjata bagi dirinya untuk mengembalikan fitrah sebagai seorang ibu seutuhnya,  membersamai keluarganya, serta mengerjakan pekerjaan domestiknya.  Hal ini pun serupa dengan saya yang sehari-hari bekerja di ranah publik.
Cuma ada yang berbeda di hari ini, saya hanya mengerjakan separuh pekerjaan domestik saya, karena harus menjemput waldan yang sedang ada kegiatan sanlat (pesantren kilat) di sekolahnya, saya pun berbenah rumah seperlunya karena harus mengejar waktu kepasar sebelum menjemput waldan.
Setibanya saya di sekolah tidak langsung menjumpai waldan karena belum sampai waktu yang di sepakati untuk menjemput. Selang beberapa menit waldan pun keluar dan melambaikan tangan ke saya dan sebuah sinyal untuk meminta saya segera menghampirinya.
Saya pun bergegas menuju ke arahnya, dan langsung pulang ke rumah.
Kelihatan sekali rasa lelah yang terpancar dari matanya, setibanya di rumah saat saya meminta nya untuk mandi namun tidak di respons, pas saya lihat ternyata waldan sudah tidur alias bobo 😁.
Saya pun melanjutkan kembali pekerjaan domestik saat waldan tertidur. Selanjutnya bagaimana waldan? Sampai saya selesai mengerjakan pekerjaan domestik ia pun masih belum bangun. Kemudian dengan berat hati saya bangunkan dia karena sudah adzan dan waldan pun belum makan siang.

Mama: Bang! Bangun yuk..udah adzan dhuhur nak..
Abang: Mama abang laper….
(suara lirih orang baru bangun tidur)
Mama: Abang mau makan apa?
Abang: indomie goreng yaa ma!

Saya menolak tapi waldan mengingkannya dan merajuk ke neneknya dan neneknya memang selalu menuruti keinginan waldan. Dibuatkan lah indomie goreng sama neneknya..waldan pun bahagia karena merasa keinginannya selalu dituruti.

Akhirnya saya pun mengalah karena memang ada komunikasi yang salah sama mama saya yang menyebabkan terdapat dua pola pengasuhan dalam mendidik waldan.
Tidak lama kemudian setelah makan indomie, waldan pun batuk- batuk, dan saya sudah khawatir kalau waldan sudah mulai batuk, πŸ˜₯yang paling saya takutkan adalah takut asmanya kambuh 😭😭. Saya pun lantas bertanya kepada waldan?

Mama: abang kenapa batuk?
Abang: gak tahu ma..
Mama: emang tenggorokannya knapa bang?
Abang: gatel ma!

Saya coba menghampirinya dan duduk sejajar dengannya lalu menatap wajahnya.

Mama: tuh kan bang,  abang mulai batuk-batuk, abis makan indomie kan?
Abang: Abang batuknya dari sanlat ma, bukan karena abang makan indomie
Mama: iya..tapi sekarang tenggorokan abang mulai sakit, kalo ditambah makan indomie lagi nanti ke depannya tenggorokan abang tambah sakit karena bumbunya itu loh bang yang bisa bikin tenggorokan abang jadi tambah sakit..
Abang: trus abang makan apa mah di rumah
Mama: apa aja yang sehat, yang penting sekarang abang stop dulu makan indomie sama minum es nya sampe tenggorokannya enak lagi. Gimana bang?
Abang: iya dehh..πŸ˜‚πŸ˜‚gak ikhlas gitu kayanya jawabnya…

Akhirnya kami pun membuat kesepakatan untuk tidak makan makanan yang saya sebutkan di atas.
Aduh.. Curhatnya kepanjangan yah..

#harike9
#gamelevel1
#Tantangan10hari
#Komunikasipriduktif
#kuliahbunsayiip



Komentar

Postingan Populer