Hari ke delapan level 11

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu'alaykum…
Sudah masuk hari ke delapan..dan presentasi kali ini akan di lakukan oleh kelompok 9. Adapun tema yang diambil adalah Menggali Penyebab Rusaknya
Fitrah Seksualitas Pada Anak.

Berikut materi yang di sampaikan adalah:
Fitrah Seksualitas menjadi Rusak
disebabkan oleh :
Faktor Internal dan FaktorExternal

FAKTOR INTERNAL
● Membiarkan anak mengakses internet dan media elektronik lainnya tanpa pendampingan

  • Bagi sebagian orang tua, kemampuan menyediakan fasilitas komunikasi terkini laiknya smartphone atau gadget justru menjadi ajang pamer sekaligus upaya menunjukkan eksistensi untuk menegaskan kelas sosial-ekonomi mereka sebagai orang tua yang
    mapan secara ekonomi.
  • Mereka lupa bahwa fasilitas yang diberikan itu tak ubahnya pisau bermata dua (two edges knife), yang tak hanya memudahkan anak-
    anak mereka mudah bersosialisasi dengan teman sebayanya, tetapi
    juga berpotensi menikam mereka dari belakang akibat
    intensitasnya mengeksplorasi isi materi dunia maya yang tidak mendidik

● Kurangnya peran ayah dan Ibu karena kesibukan masing-
masing.
  • Ayah sibuk bekerja, Ibu sibuk dengan urusannya sendiri. Sehingga anak-anak menjadi tidak “dekat” dengan kedua
    orang tua.
  • Mendidik Fitrah Seksualitas adalah merawat, membangkitkan dan menumbuhkan fitrah sesuai gendernya, yaitu bagaimana seorang lelaki berfikir, bersikap, bertindak, merasa sebagaimana lelaki Juga bagaimana seorang perempuan berfikir, bersikap, bertindak, merasa sebagai seorang perempuan.

● Inner child orang tua yg belum selesai
  • Inner child dalam diri kita sebetulnya bisa bertumbuh dewasa sesuai usia dan
    pengalaman yang kita hadapi, hanya kadangkala ketika inner child negatif yang muncul dan sangat memberikan trauma butuh kesadaran penuh untuk
    mengenalinya dan kemudian berdamai.
    Contoh Inner child orang tua yang tanpa disadari muncul :
    Θ― Istri yang semasa kecil jarang dibersamai oleh orang tuanya dan merasa
    kesepian sering menginginkan suaminya selalu ada di dekatnya, marah ketika suami memberikan perhatian pada keluarganya, dan ingin perhatian suami hanya kepada
    istrinya saja, padahal bisa jadi suami sebetulnya sudah sangat baik pada sang istri.
    Θ― Suami yang semasa kecil diperlakukan keras oleh kedua orang tuanya atau oleh sanak saudaranya tanpa disadari melakukan KDRT pada istrinya.
    Θ― Anak memecahkan piring atau merusak barang, tanpa disadari kita tiba-tiba memukul atau membentaknya.
  • bedanya itu inner child atau karakter adalah dari rasa
    penyesalan yang timbul. Orang tua yg memiliki inner child
    yg negatif ato "menyakitkan" tentu akan berpengaruh
    pada cara ato pola asuhnya kepada anak2nya.
    Pola asuh dengan inner child yg negatif tentu akan
    mengganggu tumbuh kembang anak tuk sesuai dengan
    fitrah.
    Masih ingat dg quotes "children see children do"?

  • ● Kurangnya wawasan orang tua dalam mendidik anak sesuai fitrahnya
    Derasnya arus informasi tentang pendidikan dan bervariasinya
    teknik dalam mengaplikasikannya seringkali membuat para
    orang tua menjadi bingung, bimbang dan ragu mengenai cara
    pola asuh dan pola didik mereka ke anak2nya.
    Lah kalo orang tua aja ragu gimana anaknya.
    Banyak para Orang tua yang lebih mempercayakan pendidikan
    mereka instansi pendidikan atau menyerahkan sepenuhnya urusan pendidikan pada guru. Sehingga saat terjadi hal-hal yang tidak diingingkan, dengan mudah para orang tua menyalahkannya.

●Timpang dalam proses mendidik anak.
Ketika anak lelaki mendapat suplai feminitas dari Ibu berlebihan sedangkan suplai maskulinitas dari Ayahnya kurang, maka dia akan mengalami penyimpangan fitrah seksualitasnya misalnya menjadikan si anak lelaki tersebut "melambai" atau cenderung homo atau paling tidak berkurang kejantanannya. Pun anak perempuan yang mendapatkan suplai maskulinitas berlebih dari Ayahnya dibandingkan dengan suplai Feminitas dari Ibunya maka akan menjadikan si anak perempuan tersebut tomboy atau cenderung lesbi atau berkurang feminitasnya.
● Orang tua merasa taboo dalam menjelaskan seksualitas pada anak.
  • Di sekolah mungkin diajarkan mengenai anatomi tubuh manusia, tetapi tentu tidak menjawab banyak pertanyaan lain soal reproduksi karena hanya sedikit sekali yang disampaikan oleh guru maupun buku text sekolah.
  • Bertanya pada Bapak, Ibu, atau Kakak tidak pernah jadi pilihan karena kadung takut dimarahi ketika membahas
    hal itu. Membicarakannya dengan teman malah bisa jadi menggelikan atau memicu kecanggungan.

LALU, BAGAIMANA CARA MENDIDIK
FITRAH SEKSUALITAS YANG BAIK?
Inti mendidik fitrah seksualitas adalah
terbangunnya kelekatan antara anak dan orang tua serta Adanya suplai keayahan dan suplai keibuan secara seimbang tanpa adanya ketimpangan.
Menurut seorang psikolog Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Ratri Sunar Astuti mengatakan bahwa pendidikan seks pada anak merupakan tugas sekaligus tanggung jawab orang tua, sedangkan lembaga pendidikan atau lainnya hanya sebagai unit pendukung saja. seiring dengan cepatnya kematangan seksual anak, tetapi pendampingan orangtua secara intensif lemah dan mudahnya akses informasi melalui media internet."jelasnya.
Menurut Pakar Bimbingan Konseling Universitas Sanata Dharma (USD) Maria
Margaretha Sri Hastuti pendidikan seks dirancang untuk mendampingi anak
memperoleh pemahaman yang tepat tentang perkembangan seksual dirinya
serta perkembangan pribadi dan sosial.
"Pemahaman yang tepat tentang seks dan seksualitas akan menjadi kekuatan
sekaligus benteng bagi anak dari usaha-usaha pelecehan dan kekerasan seksual, “katanya.

FAKTOR EXTERNAL
● Tinggal pada lingkungan yg tinggi tingkat pelencengan seksualitas.
  • Menurut pendapat Shaw, Mckay dan mcDonal (1938), menemukan bahwa di kampung-kampung yang berantakan dan tidak terorganisasi secara baik, perilaku jahat merupakan pola perilaku yang normal dan
    wajar.
  • Hal-hal yang diajarkan oleh keluarga mungkin berbeda dengan yang disampaikan oleh agen di sekolah. Contoh: Perilaku yang dilarang oleh
    keluarga dan sekolah, seperti penyalahgunaan narkoba, pelecehan seksual, membolos, merokok, berkelahi, dan lain-lain diperoleh dari agen sosialisasi, kelompok pergaulan dan media massa.

● Pembiaran masyarakat pada masalah sosial yang terjadi di lingkungannya
Parahnya kondisi akhlak masyarakat, terutama' generasi mudanya, bisa jadi bermula dari adanya pembiaran dari kita. Ya, pembiaran dalam arti tidak adanya atau minimnya peneguran
terhadap berbagai kesalahan kecil atau besar yang terjadi di hadapan kita.
Oknum orang tua membiarkan anaknya berbuat kesalahan. Oknum guru membiarkan muridnya melakukan pelanggaran. Oknum tokoh panutan agama membiarkan ummat menyimpang dari rel agama. Oknum aparat pemerintahan membiarkan
rakyatnya melanggar aturan.
contoh maraknya lagu2 berbau pornoaksi atau dengan kata2 yg
kurang baik kemudian dinyanyikan oleh anak2 yg mungkin mereka
belum paham akan hal tersebut namun tidak ada orang tua dan
orang dewasa yg mengingatkan.
Rasulullah SAW bersabda,
“Tiga jenis manusia yang diharamkan Allah masuk surga. (1).
Pecandu minuman keras. (2). Orang yang durhaka (kepada orang
tuanya). (3). Orang tua dayyuts. Yakni yang membiarkan perbuatan
dosa dilakukan oleh anggota keluarganya”. HR. Ahmad dan
sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim.

● Kerancuan pola asuh yg kadang dialami oleh keluarga yg tinggal dalam lingkungan keluarga besar.
Kakek-nenek menjadi salah satu sumber bantuan, dukungan, dan
dorongan. Mereka selalu tahu apa yang harus dilakukan jika cucunya tidak enak badan, tidak mau makan, tidak bersendawa, menangis, dan sebagainya. Masalah kasih sayang juga tak diragukan lagi. Mereka dengan sepenuh hati akan memberikan yang terbaik bagi cucunya.
Namun, kadang campur tangan kakek-nenek dalam pengasuhan anak, sering melanggar peraturan yang orangtua terapkan untuk mendisiplinkan anak.
CONTOH :
- menentukan pilihan tontonan di televisi. Bagi kakek nenek yg terpenting film kartun bukan sinetron. Padahal sekarang ini beberapa film kartun pun
sudah disisipi pesan yg tidak sesuai seperti LGBT pada film Disney junior, SpongeBob dll. Selain itu, perbedaan pola asuh antara orangtua dan
kakek-nenek, baik langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada kemandirian anak. Misalnya,
anak akan menjadi kurang mandiri dalam menyelesaikan tugas-tugas hariannya seperti makan,
mandi, atau kurang mandiri dalam menyelesaikan masalah.

Demikianlah materi yang disampaikan oleh kelompok 9..bermanfaat yaa..karena ada masukan bahwa tidak semua film kartun itu murni untuk anak-anak, ternyata film kartun atau animasi itu juga sudah banyak yang disusupi tentang seks dan LGBT,  berarti kita para orangtua benar-benar harus mengembangkan ikat pinggang untuk terus membersamai anak-anak kita..dan terus berdoa kepada Allah Ta'ala agar senantiasa seluruh anak-anak lita diberikan perlindungan dari hal-hal tersebut di atas.

Wa'alaykumussalam…

#day8
#level11
#fitrahseksualitas

Komentar

Postingan Populer