Kecerdasan tantangan Part#2
Melatih kecerdasan hari ke 2
Hari ini saya pulang agak terlambat karena kondisi jalan yang memang sudah mulai padat kembali setelah masa liburan panjang. Saat adzan isya berkumandang saya meminta waldan untuk segera ambil wudhu, selepas itu saya kemudian bertanya sama Waldan terkait tantangan yang telah disepakati. Ooowwww entah kenapa dia menjawab dengan nada yang tidak mengenakan, dan malah berlari ke kamar mbahnya buka menuju kamar mandi untuk ambil air wudhu.
"bang! Ud Isya, sholat dulu" bangun dari kamar mbahnya dan menuju kamar saya menemui ayahnya. Saya pun kembali bertanya mengenai tentangan hari ini
"hari ini tantangannya gimana bang?"
"tantangan apa sih ma?" dengan nada sedikit membentuk klo menurut saya dan tidak mengenakkan kebenarannya, karena teriakan emosi saya pun meninggikan nada suara sedikit satu oktaf ( belum sampe 7 oktaf untungnya..klo gak bisa disambit sama tetangga karena berisik di pas adzan)
"mama bilang sholat isya, kok malah masuk kamar!" naik satu oktaf
"sholat Isya dulu, abis itu ke kamar mama,mama mau ngobrol sama abang" turun lagi satu oktaf
Waldan pun berjalan menuju kamar mandi dan mengambil air wudhu yang kemudian di lanjutkan sholat Isya..
Selepas sholat Isya saya coba melihat ke kamar mbahnya apakah Waldan sudah selesai sholat apa belum. Barakallahu, anak ini sedang menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim terhadap tuhannya. Saya menunggunya di pintu kamar sambil mengamati apa yang ia lakukan sehabis sholat, apakah ia masih mengerjakan tantangan yang ia sepakati kemarin..ternyata..oh..ternyata he is done well..alhamdulilah.. Saking terkesimanya, saya pun terlupakan un tu k mengabadikannya lagi..oooohhhhh...nooooo 😢😢
Seperti diungkapkan di atas, sehabis sholat saya mengajak waldan untuk menuju kamar saya dan berusaha mengajaknya ngobrol. Diawali dengan memberinya pelukan, karena saya tahu dia tidak nyaman dengan nada saya yang sedikit naik satu oktaf tadi. Akhirnya saya memulai obrolan setelah memastikan Waldan nyaman dengan berada di dekat saya sebelumnya.
"bang! Kemaren kan kita sepakat mau melatih kecerdasan abang, biar abang tambah cerdas"
"kecerdasan apaan sih ma?"
"yang kemaren abang pilih, abang kan pilih kecerdasan tantangan, ya kan?
Waldan mengangguk
"kemaren kan mama kasih tantangan ke abang buat naro sarung sama sajadah di tempatnya"
Saya jeda dulu, takut lebih dari 15 kata (materi pas komunikasi produktif)
"hari ini abang lakuin gak?"
"ohhhh...iya mah abang lakuin"
"kok tadi abang, mama tanya jawabnya begitu?sambil marah lagi"
"abang lupa ma"
"tuh, berarti abang masih harus belajar kontrol emosi"
"supaya bicara sama orangtua nadanya gak membentak"
Waldan terdiam, dan sebenarnya saya paham kenapa Waldan seperti ini, masa lalu saya yang suka memarahi dan membentaknya lah yang secara langsung terekam dalam ingatanku, dan kini tugas saya amat berat karena harus mengembalikannya menjadi anak yang tumbuh dengan penuh kasih sayang, dan semoga saja belum terlambat untuk memperbaiki semuanya ðŸ˜ðŸ˜.
"kontrol emosi ya nak!"
Waldan tetap diam
"tadi mama minta apa nak?"
"kontrol emosi ma!"
"anak pintar" sambil saya peluk dan usap kepalanya.
Tak lama, kebiasaan Waldan setiap mau tidur dia sering memutar mutottal lewat mainan Hafidz Doll nya, dan ternyata tak lama Hafidz Doll nya di putar, Waldan pun sudah terletak mendengar lantaran suara Al Quran dari Hafidz Doll nya.
Saya kemudian berfikir untuk mengajaknya untuk menerima tantangan melatih kecerdasan emosinya, karena saya lihat tantangan ini sepertinya bisa dilalui ya dengan baik..bagaimana nak? Kita diskusi lagi besok yaaa...👌👌👌
#tantangan_hari_ke2
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa
Komentar
Posting Komentar