Kecerdasan Emosi part#1
Melatih kecerdasan hari ke 3
Hari ini berasa bak digambarkan petir mengingat ucapan Miss Karin selaku wali kelas Waldan di sekolah tentang perilakunya di sekolah. Kebetulan memang saya baru sempat mengambil laporan hasil belajar Waldan semester satu di kelas dua ini. Miss Karin mengatakan untuk kognitif Waldan bisa dibilang cemerlang, dan itu terlihat dari nilai yang terpampang di raportnya. Bahagia dong saya mendengarnya, akan tetapi bagitu Miss Karin mengatakan mengenai perilaku Waldan di sekolah yang susah sekali di kontrol terkait emosi dan bahasanya, membuat saya serasa terjatuh dari ketinggian....Sedih, Pilu yang tidak mungkin juga bisa sepenuhnya bisa saya ungkapkan di sini...
Akhirnya saya pun coba menanyakan darimana Waldan bisa mengeluarkan kata-kata yang tidak patut itu. Waldan mengatakan bahwa dia mendapatkan kata-kata kasar itu dari dirinya sendiri...ah...gak mungkin anak seusai dia bisa berkata seperti itu karena pemikirannya sendiri, kami terus berdiskusi di ruang kelas bertiga dengan Miss Karin. Air mata Waldan menetes begituan juga dengan saya, saya pun tak kuasa menahan air mata ini mengalir dari kelopak mata saya.
Karena gak mungkin saya terus memaksanya untuk mengatakan darimana dia mendapatkan kata-kata itu, akhirnya saya coba untuk menanyakan hal lain kepadanya.
"abang mau perbaiki akhlak abang gak nak?"
"Iya ma, abang mau jadi anak soleh, abang mau jadi anak baik"
"ya sudah kita buat kesepakatan yaa"
"kesepakatan apa?"
"kalo abang akhlaknya gak berubah sampe kelas 6 berarti abang gak boleh protes mama masukin pesantren"
"yah ma, abang gak mau"
"loh kenapa gak mau, di pesantren nanti abang dapet pendidikan akhlak yang lebih banyak nak"
"abang gak mau ma"
"ya semua tergantung abang"
"atau bisa jadi klo di semester dua gak ada perubahan juga, naik kelas 3 abang langsung mama pindahan ke pesantren"
"jangan ma, tunggu sampe kelas 6"
"ya ud mama tunggu abang berubah untuk kontrol emosi sama kontrol bahasa"
"buat apa nak, kamu pintar tapi gak berakibat, mama lebih seneng kamu biasa aja dalam pelajaran tapi akhlak kamu mulia"
"itu baru anak soleh kesayangan Allah"
Waldan menundukkan pandangannya dan air matanya pun semakin deras mengalir, membuat saya tak kuasa menahan diri untuk tidak memeluknya..akhirnya terjadilah suasana haru di tengah ruangan kelas tersebut.
Saya juga meminta maaf kepada Miss Karin atas perilaku Waldan dan meminta untuk tetap memberikan laporan harian atas perkembangan sikap Waldan sehari-hari ya yang apabila tidak bisa di tolerir lagi. Dan ini pun jadi peer saya selanjutnya. Untuk itu saya coba mengajak Waldan untuk mengganti level tantangannya menjadi tantangan kecerdasan emosi, dan mudah-mudahan ini bisa jadi project seumur hidupnya dalam menata emosinya.
Seharian ini pasca ambil raport, ketika dia sudah mulai mengungkapkan ekspresinya dengan merajuk, saya kembali mengingatkannya untuk kontrol emosi, dan dia langsung terdiam yang mungkin teringat akan pembahasan kita bersama tadi pagi.
Semangat nak, insya allah usaha kita akan berhasil asal ada niat dari hati kita berdua untuk bisa mengajakmu menuju gerbang perubahan menjadi manusia sesuai kehendak pemilik Mu...aaamiin
#tantangan_hari_ke3
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa
Komentar
Posting Komentar