NORMAL vs CAESAR

Alhamdulillah akhirnya ini jempol bisa juga diajak kerjasama buat nulis, efek laptopnya di sita sama abang, akhirnya mamanya harus bersedia merefleksi jempolnya demi memenuhi hasrat menulisnya.
Ada beberapa tema yang ingin saya tulis atau sedikit berpendapat tentang beberapa hal yang sering sekali menjadi perdebatan alias versus.
Tema yang saat ini sedang viral dan fenomenal adalah melahirkan NORMAL vs SC (Sectio Caesaria)..iyessss
Kenapa viral karena hampir setiap hari saudariku yang melahirkan SC merasa terhina oleh tulisan saudariku yg lain yang mengatakan perempuan yang melahirkan secara SC itu blm menjadi seorang ibu.
Tersenyum sendiri saya membacanya, karena Qadarullah, saya dikasih nikmat yang luar biasa oleh Allah utk merasakan keduanya, kelahiran anak pertama saya melalui proses SC, dan melalui proses panjang, dgn proses induksi selama kurang lebih 36 jam, dan proses induksi yang tdk membuahkan hasil dan air ketuban pun telah berubah warna, yang kemudian detak jantung anak saya yg kian melemah akhirnya dokter memutuskan saya hrs operasi demi menyelamatkan si jabang bayi, iyaa di sinilah letak uzurnya..sebuah perjuangan ketika saya berharap melahirkan secara normal namun akhirnya berujung SC, membuat urat syaraf di kepala saya tegang sehingga saya tidak bisa menggerakkan kepala dan badan saya dikarenakan stress berat, blm lagi fakirnya ilmu saya tentang melahirkan secara SC membuat saya semakin stress dan tidak bisa bangun sama sekali, padahal suster telah mencoba mensugesti saya utk melakukan gerakan perlahan pasca operasi utk pemulihan, Qadarullah lagi2 semua ini atas kehendak Allah, saat saya melihat teman sebelah saya yang melahirkan secara norma sdh bisa menggendong bayinya berjalan, ada perasaan iri melihatnya dan saya pun berdoa Apakah saya bisa segera sembuh Yaa Rabb, dan tanpa disangka pun tak lama berdoa, ternyata suami dari teman sekamar saya memiliki keahlian totok syaraf, ia pun menceritakan masalah saya ke suaminya, dan dgn segan beliau meminta maaf ke saya, “bu, boleh saya totok leher ibu, sepertinya ibu stress yaa”, seketika beliau saya izinkan, dan atas izin Allah pula lah akhirnya saya bisa menggerakkan kepala lalu diikuti badan saya yang lainnya. Yang akhirnya setelah saya bisa mengangkat kepala dan badan barulah kemudian saya boleh pulang.
Lalu di kehamilan kedua saya baru merasakan kehamilan normal, itu pun dengan perjuangan yang luar biasa hebatnya, karena saya melahirkan bayi yang telah kembali kepada pemilik Nya, saya diharuskan melahirkan normal agar saya bisa merayu Sang Pemilik segalanya agar bisa menyegerakan memberikan penggantinya tanpa harus menunda bertahun-tahun untuk pemulihan apabila saya SC lagi, nah dari pengalaman saya ini bisa dilihat bahwa semua kejadian itu pasti atas kehendak Nya, atas campur tangan Nya..Iya kan..?
Nah klo ibu yang melahirkan secara SC dibilang belum sempurna menjadi ibu, biarlah ukhti..karena hinaan dan makian akan menjadi ladang pahala buat kita, dan kesempurnaan hanyalah milik Allah Ta’ala, tidak usahlah kita berdebat, dan untuk saudariku yang menuduh melahirkan SC tidak layak disebut Ibu, cobalah ukhti fikirkan bahwa ada uzur dari setiap saudarimu yang tidak kau ketahui, maka belajarlah kita utk bertabayyun dan berikanlah hak uzur atas nya yg tdk kau ketahui.
Karena saya telah merasakan nikmat keduanya, saya tahu bagaimana semua ibu rela bertaruh nyawa demi memperjuangkan nafas untuk anak-anaknya, jadi tidak usah diperdebatkan dan marilah kita saling mendoakan.

Karena ada hadits yang meriwayatkan agar kita selalu menghindari perdebatan walau kita yakin bahwa diri kita benar..
...
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
"Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meningalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaqnya." [HR. Abu Dawud, no. 4800; dishahîhkan an-Nawawi dalam Riyâdhus Shâlihîn, no. 630 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albâni di dalam ash-Shahîhah, no. 273]
...

Berdasarkan hadits di atas jelas bahwa untuk apa seh kita berdebat, apakah hanya untuk membuktikan bahwa apa yang kita ucapkan atau apa yg kita ketahui itu benar. Yaa akhi yaa ukhti.

To be continued to tema selanjutnya..

Bekasi
Ummu Waldan

Komentar

Postingan Populer